Selasa, 30 Juli 2013

Yang Mulia (sebuah puisi mengenang trilogi NKRI)

Telah kami patahkan rantai yang mengikat gerbang ini
Ketika ribuan pemuda menghakimi gedung kura-kura
Dengar 200 juta suara dari mikrofon
Spanduk terus bergelombang, dengan pilox tertulis
KEMBALIKAN NEGERI INI PADA PEMILIKNYA!
Para penyambung lidah rakyat yang berdusta
Berlindung di balik tembok dan aparat yang gagah
Pak, apa anda akan memerangi rakyat sendiri?
Ketika tahun 45, seluruh lapisan berdiri
Hadapi Agresi Militer sampai darah terakhir,
Sungguh kami merapatkan barisan tanpa peduli derajat
Pelor logam hancur oleh bambu runcing
Tahun 66 pancasila hampir runtuh
Tritura berkumandang dari pawai pawai bis
Lalu gugurlah pahlawan berjaket kuning
Yang ditembak dengan peluru dari sumberdaya negeri sendiri
Karena ia menggores kata ADIL diwajah pemimpin dzalim
Tahun 1998 tersusunlah kata REFORMASI, tertulis ditiap sudut jantung negeri
dekapkan telingamu ke tanah
Dan dengar gemuruh kaki berlari
Bukan kaki kuda
Tapi kaki para pemuda yang berperang
Melawan penjajah dari negeri sendiri
yang mengawali gugurnya 4 pahlawan dari Trisakti
Dengan iringan ribuan pelayat dituntun ke rumah terakhir
Merekalah yang berdiri dibarisan pertama
 memimpin kami berperang tanpa senjata
demi mengembalikan kata JUJUR yang sudah lama dikubur

Kamilah pejuang yang mati muda
Agar kembali negeri ini pada semestinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar