Diary Atala
Jika daun disurga yang jatuh tertuliskan namaku, dan malaikat
melihatnya. Apakah ia akan mengintaiku sepanjang sisa hariku? aku sadar
kapan akan terjadi dan kurasa daunku sudah hampir gugur.
angin menghembuskan ketenangan di kota kecil ini. ribuan pasir
berbisik disisi jalan aspal. hariku disekolah, takkan seindah apa yang
novel-novel teenlit kisahkan. tak ada teman, atau siapapun yang bisa
kupercaya disini, terutama dikelas ini. Tahun terakhir yang harusnya
menjadi tahun istimewa sama sekali tak ada artinya. aku tidak tahu apa
yang mereka benci dariku, sikapku tidak egois, berbagi, dan tidak pernah
memarahi siapapun. Aku bisa mendengar bisik-bisik dan tatapan benci
melekat pada setiap wajah mereka. Tuhan, apa yang terjadi? mengapa tidak
ada yang menegurku jika aku salah? dan akhirnya aku habiskan waktu
hanya untuk belajar dan belajar. ingin rasanya berbagi emosi dengan
kawan lain dengan candaan, tapi aku takut mereka tidak menerimaku. maka
dari itu aku memilih menyendiri.
bosan berpagut dengan buku penuh teori, kini aku beralih ke
handphone. browsing hal-hal menarik, seperti tempat-tempat indah
didunia, fakta menarik seputar perbintangan, hingga kejadian-kejadian
yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. dan disitulah awal aku
mengenal Astral Projection. sebuah ritual dimana rohmu bisa keluar dari
tubuh dan berinteraksi dengan makhluk mistis. aku membaca prosesnya,
hampir mirip seperti Lucid Dream. hanya saat step sleep paralysis, jari
harus digerakkan sedikit dan cobalah keluarkan rohmu dari badan.
aku tertarik, dan aku mencobanya dirumah, saat tidak ada orang.
ratusan menit aku berusaha menghadapi Sleep Paralysis yang sering
menggagalkan tahap A.P ku. Aku sungguh tidak kuat menghadapi fase itu.
dan pada percobaan ketiga, aku berusaha sekuat mungkin bertahan dari
sleep paralysis. dadaku sesak, ingin ku teriak, badanku berat, lidahku
kaku, kucoba menahan nafas. dan, keluarlah aku dari jasad.
fase yang menyakitkan. tapi kini aku bisa melihat diriku yang
tertidur pulas, menembus dinding, dan melayang-layang. aku sangat
gembira. menghabiskan waktu sepertiga malam untuk hal yang bahkan lebih
asik daripada berlibur ke Bandung. kuputuskan untuk segera kembali ke
badanku karena 3 jam lagi aku harus bangun. jasad itu seperti sebuah
kostum kelinci, akan bisa digunakan bila ada sesuatu yang mengisi dan
mengendalikannya. Tapi, kenapa aku tidak bisa memasuki jasadku? aku
berusaha membaringkan badan menyamai lekuk tubuh. Tapi seperti ada yang
telah menempati jasadku. sekuat tenaga aku menyingkirkan makhluk itu.
bukan cuma satu, tapi 2. dan tidak ada sedikitpun rasa takut karena
wujudnya yang menyeramkan. aku harus kembali lagi ke jasadku. harus.
kemudian ia menghilang.
hari ini mendung, tidak seperti biasanya. sepatu-sepatu murid
berjalan diselasar kelas. banyak canda tawa, maupun senyum memaksa dari
wajah bertopeng. benci aku melihatnya. sebuah aura negatif terus
membayangi sampai aku tiba didepan kelas. Aku merasakannya, begitu kuat.
tulisan dipapan tulis bagai corat-coret yang tidak aku mengerti. Aura
itu menggangu pikiranku, aku bertahan dengan menekan kepalaku agar tidak
sakit. kemudian guru memintaku untuk mengerjakan soal dipapan tulis.
aku tahu tidak akan ada yang memperhatikanku menulis dipapan tulis.
mereka semua acuh. Aura itu semakin kuat, hingga tanpa sadar aku terlalu
keras menekan spidol saat menulis.
tiba-tiba suara tarikan nafas berat terdengar dari teman-temanku. aku
melirikkan mataku dan melihat ada sosok yang menyamaiku sedang menulis
dipapantulis sebelah. ia tidak memegang spidol namun tangannya seperti
menulis. ia meniru gerakanku. aku berpura-pura tidak melihat dan
melanjutkan pekerjaanku.
to be continued...