Yah,
aku abaikan sosok itu. Tapi mataku tak dapat berpaling darinya. Ia
sangat mirip denganku. Lalu hening, waktu seakan berhenti. Tiada angin
dari kipas angin diatasku atau dari jendela yang terbuka. Tak ada lagi
suara murid yang mengobrol. Aku membalikkan badan, dan kulihat sosok itu
duduk dibangkuku. Ia juga diam seperti yang lain.
Dan kepalanya menoleh kearahku. Lalu tersenyum. Seketika ada sesuatu
yang ingin menarik jantungku. Sakit yang tidak dapat dirasakan. Karena
rasa itu bukan berasal dari jasmaniku. Aku meronta, tak ada yang peduli.
Karena semua diam. Sekilas orang-orang disekelilingku bagai manekin.
Aku mencengkram meja guru dan samar kulihat bayangan hitam mendekat.
"nina bobo oh nina bobo.." lagu itu terngiang ditelingaku. Lalu semuanya gelap.
"Atala, heh kamu tidur ya.." suara bu Jani membuka mataku. Suasana ini,
de Javu. Seperti aku pernah mengalaminya. Soal fisika yang belum diisi,
Rifa dan Saras yang menertawakan Rosa, semuanya. Aku merasa ini pernah
terjadi, tapi aku tidak ingat apapun.
"eng..engga ko bu." jawabku terbata-bata.
"lain kali jangan tidur. Emang ibu gak liat." Bu Jani melirik absensi murid. "Rifa. Kerjakan soal no 12 dipapan tulis."
Rifa tercengang karena haru mengerjakan Soal yang belum pernah dibahas.
Dan akupun lebih tercengang, karena merasa aku yang seharusnya maju.
Apa yang terjadi? Kenapa semuanya seperti dibolak-balik?
Trotoar jalan Thamrin yang berdebu. Angin meniup dan mempermainkan debu.
Segelintir debu masuk ke mataku. Dengan sigap kukucek mataku yang
berair. Pelan-pelan kubuka mata, dan sosok yang pernah ada dalam
kepalaku berdiri di ujung trotoar.
Matanya menyala, kulit hijau
gelap. Ia wanita yang menimang bayi. Tapi itu bukan bayi, itu hanya kain
lusuh. "nina bobo.." lagu itu dinyanyikannya perlahan.
Aku
berhenti, ingin lari. Tapi secepat kilat wanita itu merangkak hingga
kami kini berjarak 3 meter. Di keramaian jalan ini, tak adakah yang
menyadarinya? Aku takut. Ia membuka mulutnya yang besar, seolah ingin
menghisapku. Aku takut.
"AAAAAAAAAA" aku berteriak hingga wajahku
memerah. Namun ketika kubuka mata, sosok itu menghilang. Yang harus
kuhadapi kini adalah tatapan orang yang tertuju padaku. Mungkin mereka
pikir aku gila. Teriak tiba-tiba dengan wajah memerah. Dan sebagian dari
orang yang melihatku adalah teman-teman sekolahku. Aku benci ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar